Mungkin saya terlalu latah menulis sedikit mengeni politik padahal contain blog ini adalah musik. Saya sebenarnya sudah keluar dari kapasitas pemikiran politik yang senangi ketika fakultas HI UGM menolak saya 3 tahun silam. Tulisan ini saya buat dalam rangka lomba penulisan artikel dari Kedutaan Belanda- Indonesia yang berhadiah BB Curve Gemini. and I failed! so fuck to say. Merujuk dari kapasitas tsb, porsi politik merupakan topik menarik yg harusnya diangkat musisi Indonesia sebagai bentuk perlawanan kepada kaum ekesekutif ketika media lainnya memang tidak dapat menembus benteng parlemen. Homicide, Iwan Falz,ERK,Melacholic Bitch atau Slank cukup banyak mengkritisi hal ini daripada layar kaya dipenuhi lirik lirik cinta melulu yang sangatlah basi. Semoga perjuangan munir dapat diakomodir dalam bentuk yang lebih luas dalam rangka pembentukan idealis yg lebih baik bagi kaum pelaku politik di Indonesia. :)
Tangisan Suciwati, Tangisan Ibu Pertiwi
Kepergian Munir Said Thalib dari pangkuan Ibu Pertiwi diatas pesawat Garuda GA 974, dua jam sebelum mendarat di Bandara Schiphol, Amsterdam, Belanda tanggal 7 September 2004 silam memang meninggalkan abu tetapi perjuangan dan idealisme tidak mati begitu saja di bumi Indonesia ini.
Peran Munir sangatlah besar bagi perubahan Bangsa Indonesia , sebuah transformasi terjadi karennya. Beliau adalah orang yang telah memperjuangkan harkat dan martabat korban penyelewengan HAM. Sebagi individu paling menonjol, ia mengakibatkan orang – orang berani bicara. Pembungkaman kebebasan bersuara di era Orde Baru mulai runtuh karena Munir memicu orang – orang Indonesia mengupayakan perbaikan kondisi hak asasi. Ia memotivasi orang – orang untuk tidak tinggal diam, termasuk memotivasi Komnas HAM dan semua infrastruktur negara yang berjuang demi keadilan, seperti KPK tentunya. Selain itu, Munir juga mengaitkan masalah HAM dengan masalah politik suatu bangsa. Orang pun mulai melihat masalah HAM sebagai salah satu dimensi politik yang sangat penting dalam sebuah peradaban. Munir merupakan motivator dan inspirator berbagai tindakan memperjuangkan keadilan dewasa ini di Bumi Indonesia
Pelanggaran HAM , sebuah isu yang sangat sensitif dan peka dalam perkembangan Bangsa Indonesia. Tetapi menurut penulis, pelanggaran HAM adalah salah satu efek berganda dari Sistem Politik Oligarki dan Kapitalisme di Indonesia. Dan pada akibatnya, kaum proletar lah yang menjadi korban dari semua tindakan yang dilakukan pemain politik dan pihak kapitalis. Pelanggaran HAM , merupakan efek sempurna yang terlihat dari kebobrokan politik dan sistem negara ini. Dan pelanggaran HAM ini dapat dicerna akar permasalahannya oleh hampir semua warga negara, begitu juga kaum proletar tak berpendidikan. Dengan adanya bentuk – bentuk pelanggaran HAM, warga negara tentunya berinisatif untuk melakukan tindakan reaktif terhadap pihak – pihak yang bertanggung jawab
Kekecewaan dan sentimen masyarakat kian menjadi – jadi baru –baru ini. Tingkat golput dalam Pemilu semakin tinggi, fakta yang cukup nyata bahwa esistensi pemerintah sudah dipertanyakan masyarakat. Masyarakat mengeluh , berteriak, dan kesakitan terhadap pemerintahan dan keadilan HAM. Tetapi itupun tak mengubah apapun dengan sistem pemerintahan kita yang korup dan keadilan yang tak pernah diperjuangkan. Kasus KPK yang menyeret POLRI sebagai penghayom masyarakat juga ikut membuat khalayak masyarakat ikutan geleng-geleng kepala.Tak ada lagi institusi yang memperjuangkan keadilan dapat dipercayai masyarakat'
Tetapi sebenarnya , disinilah efek perjuangan Munir menjadi hal yang istimewa. Masyarakt intelektual yang termotivasi akan perjuangan Munir tentunya akan terus bergerak dan memperjuangkan keadilan HAM serta mengubah literatur politik Indonesia itu sendiri .Kesinambungan kaum intelektual dan kaum proletar , tentunya akan membawa bentuk perubahan besar, revolusi kemudian hari bila permasalahan keadilan HAM, politik yang carut marut, tingkat korupsi yang merajalela, serta kekecewaan masyarakat yang sudah mengkerucut dan hasrat ingin mengubah tatanan negara menjadi suatu kebutuhan demi kelangsungan Bangsa Indonesia agar lebih baik. Sebuah kecintaan terhadap Ibu Pertiwi, layaknya seorang Munir yang rela mati demi Ibu Pertiwi. Revolusi, sebuah jalan ketika keadilan dipertanyakan. Kemudian, sebuah lirik dari lagu Tantang Tirani – Homicide “Biarkan mereka lafaz semua peringatan yang mereka hafal, Setiap ayat pasal karet pertahanan para tiran berpangkal, kebebasan yang datang saat kau tak memiliki lagi harapan, saat opsi tersisa adalah berdiri menantang para tiran” menutup permenungkan penulis.
Mengapa dia yang tak bersalah harus dimusnahkan, dan yang bersalah harus selalu disayangi?